Minggu, 27 September 2009
aPa kHabaR teMan.......
seTelah lama tak beRsua..bagaimana dengan wartanya....?
sekarang lagi sibuk apa....?
muDah2 an pada suueehaat wal'afiat seMuanya.
kaPan bisa beRsua lagi, yaNg paSti lewat daRat tentunya........
ditunggu khabarnya.
"bwi"
Sabtu, 11 April 2009
Memperoleh Kebahagiaan Dunia
Sebagian besar akan mengatakan bahwa yang paling membahagiakan hidup di dunia ini adalah memiliki keluarga yang sehat; hati yang tenang, senang, damai, lapang dan tidak resah; jauh dari musuh yang ditakuti; memiliki penghasilan yang cukup berlimpah bahkan mencapai passive income; jabatan yang tinggi; teman hidup yang setia dan menyenangkan; mempunyai kemampuan untuk melakukan segala sesuatu dengan tepat; serta banyak lagi harapan lainnya. Ringkasnya adalah bahwa hidup di dunia akan bahagia bila semua keinginan tercapai.
Bagaimana cara agar semua keinginan itu tercapai?
Banyak upaya dan usaha yang telah dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Ada yang yang bekerja keras siang malam sehingga tak ada lagi waktu yang tersisa untuk keluarga ataupun untuk ibadah; ada yang pergi ke tempat-tempat hiburan baik yang menenangkan ataupun hiburan malam yang hingar bingar; ada yang berusaha mendekati orang yang berpengaruh dengan harapan mendapatkan salah satu jabatan yang diinginkannya atau agar terhindar dari musuh yang ditakutinya; adapula yang pergi ke dukun atau orang-orang pintar dengan harapan dapat memperoleh segala keinginan dengan cepat; serta banyak lagi usaha lainnya. Dengan berbagai usaha tersebut, kadang yang terjadi adalah permasalahan yang satu selesai namun timbul permasalahan lainnya yang sama bahkan lebih berat dari permasalahan yang ada.
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha:124)
Apa solusi yang tepat untuk mencapai segala keinginan di dunia ini?
Cara yang terbaik agar semua keinginan di dunia ini tercapai adalah dengan cara berusaha mendekatkan diri kita pada Pemilik Alam Semesta ini, sehingga apapun yang kita harapkan dengan mudahnya dapat terwujud. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan mengacu pada salah satu hadist qudsi, yaitu:
“Allah berfirman,’barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku telah menyatakan perang kepadanya. Tidak ada orang dapat mendekatkan hamba-Ku kepada-Ku dengan sesuatu yang Aku cintai dariapa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku masih mendekati-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya. Maka, apabila Aku mencintainya, Aku akan menjadi telinganya yang mendengarkan, matanya yang melihat, tangannya yang memegang, dan kakinya yang berjalan. Apabila ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan permohonannya. Apabila ia meminta perlindungan niscaya Aku melindunginya. Aku tidak pernah ragu akan sesuatu yang Aku lakukan. Sesuatu yang membuat-Ku ragu akan diri orang mukmin adalah dia benci akan mati. Dan Aku benci kejelekannya. (HR Bukhari)
Dari hadist Qudsi di atas, dinyatakan bahwa bila Allah sudah mencintai seseorang maka beberapa kebahagiaan yang akan diperoleh oleh hamba-Nya adalah:
1. Allah akan menjadi pembela bila ada yang memusuhi hamba-Nya;
2. Allah akan menjadi pembimbing hamba-Nya terhadap apa yang didengarnya, dilihatnya, dilakukannya serta apa yang dijalankannya;
3. Allah akan mengabulkan segala permohonan hamba-Nya;
4. Allah akan menjadi pelindung hamba-Nya terhadap segala sesuatu yang menakutkan orang tersebut.
Sungguh bahagia hidup orang yang memperoleh cinta-Nya. Sehingga apapun yang diinginkan olehnya di dunia ini, akan dengan mudahnya dapat terpenuhi oleh Sang Pemilik Alam Semesta ini. Karena semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik-Nya, tidak ada daya dan upaya yang dapat dilakukan oleh makhluk-Nya tanpa ada ijin dari-Nya. Untuk memperoreh cinta-Nya, maka berdasarkan hadist qudsi di atas, ada beberapa hal yang mesti kita upayakan dalam mendekati-Nya, yaitu:
1. Mengamalkan apa yang telah diwajibkan oleh-Nya
Allah sangat mencintai seorang hamba yang berusaha mendekati-Nya dengan jalan mengamalkan apa yang diwajibkan oleh-Nya serta menjauhi apa yang dilarang-Nya, yaitu dengan jalan melaksanakan rukun Islam (sahadat, shalat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu), mengimani rukun iman (iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, hari kiamat serta takdir yang baik dan buruk), serta beribadah kepada-Nya dengan ihsan (Ibadah bagaikan kita melihat-Nya atau berkeyakinan bahwa Dia selalu mengawasi kita)
2. Melaksanakan dengan apa yang telah di sunnahkan-Nya
Allah akan semakin cintai pada hamba-Nya bila dia semakin mendekatkan diri pada Allah dengan melakukan yang apa disunnahkan-Nya, seperti salat-salat sunnah, puasa-puasa sunnah serta ibadah-iadah sunnah lainnya yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Jadi bila ingin mendapatkan kebahagiaan dunia, maka solusi terbaik adalah dengan semakin mendekatkan diri pada-Nya dengan melaksanakan apa yang telah diwajibkan oleh-Nya serta ditambah dengan melakukan apa yang telah disunnahkan-Nya. Disamping kebahagiaan di dunia ini, dijanjikan pula dengan tambahan kebahagiaan yang jauh lebih menyenangkan dan lebih kekal yaitu kebahagiaan mendapatkan surga-Nya di kehidupan abadi nanti.
“....Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Al-Baqarah:38)
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl:97)
(Uung Gantira)
Minggu, 29 Maret 2009
Menggapai Kesuksesan Abadi
Setiap orang mempunyai definisi sukses yang berbeda-beda tergantung dari apa yang yang ingin dicapainya. Bagi sebagian orang sukses itu adalah mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari yang dia capai saat itu. Disebut sukses bila seorang staff menjadi kepala sub bidang, seorang kepala sub bidang menjadi kepala bidang, seorang kepala bidang menjadi direktur, dan seterusnya sampai orang yang mencapai puncak tertinggi di suatu instansi pun merasa bahwa dirinya masih belum sukses bila belum mendapatkan posisi yang lebih tinggi lagi menurut pandangannya masing-masing.
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar (the great success).”( QS Ash Shaff 10-12)
“Sungguh semua perbuatan tergantung pada niat (motifasi) dan, bagi setiap orang adalah nilai motifasi: orang yang berhijrah (ke Madinah) karena Allah dan Rasulullah maka hijrahnya kepada Allah dan Rasulullah. Dan orang yang berhijrah karena nilai duniawi atau kerena (mengikuti) seorang perempuan yang hendak dikawini, maka hijrahnya kepada motifasi orang yang mendasari.” (HR Bukhor-Muslim)
Orang yang beribadah berdasarkan ilmu derajatnya jauh lebih tinggi daripada orang yang beribadah tanpa dasar ilmu. Bahkan dalam hadist yang lain disebutkan bahwa ibadah seseorang tidak akan diterima bila tidak ada contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam.
“Pada hari kiamat nanti, akan dibawa sesorang lelaki untuk dilemparkan ke dalam api neraka. Maka terburailah ususnya dalam api neraka, lalu ia berputar-putar seperti seekor keledai berputar-putar mengelilingi batu penggilingan, maka penduduk neraka berkumpul mendekati dan berkata: “Hai Fulan, mengapa kamu seperti in?” Bukankah dahulu kamu menyuruh kami kepada perkara ma’ruf dan melarang kami dari perkara munkar?” Maka lelaki itu berkata: :Dahulu aku menyuruh kamu kepada perkara ma’ruf namun aku sendiri tidak melakukannya dan melarang kamu dari perkara munkar namun aku sendiri melakukannya.” (HR Bukhori & Muslim)
“Barangsiapa yang mengajak pada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakan kebaikan tersebut tanpa dikurangi kebaikan sedikit pun. Dan barangsiapa yang mengajak pada keburukan atau kesesatan maka ia akan mendapatkan dosa sebagaimana orang tersebut melakukan kesesatan tanpa dikurangkan dari dosanya sedikit pun” (HR Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Ibnu Majah)
(Uung Gantira)